Kesaksian

        Aku bingung, mengapa kita selalu berusaha tuk mengais-ngais kepedihan  sementara kita di hadapkan dengan kebahagiaan berkepanjangan yang tak berujung? Aneh ya? dengan adanya begitu banyak pilihan yang menguntungkan, malah memilih yang meruntukkan.

     Meringis, menahan perih derita yang datang dan tak mungkin tuk terelakan, memohon, merana, atas sebab derita yang berakar pada kesalahan diri sendiri. Hanya berpendapat, tak pernah berusaha tuk mewujudkan.

     Adakah kenyamanan itu? atau hanya seputar bayang-bayang? 
Menyelam dalam kesunyian yang menyesakkan.

            Dalam kesendirian aku berjalan, terjebak dan terhanyutkan oleh masa lalu yang memberiku kenangan. Tak terhitung begitu banyak pengorbanan yang telah kucurahkan, sebagai balasannya, hanyalah pengkhianatan yang ia berikan.

     Disini, di kota kenangan...
Aku terjebak dengan perasaan ku kepadanya, tak pernah sekalipun bayang-bayangnya menghilang dari pelupuk mataku.

     Aku terjerembap, dalam keputusasaan yang tak ada habisnya.
Menanti akan datangnya sebuah ketidakpastian yang menjanjikan sebuah bayang bayang kesetiaan.

     Mungkin, sudah terlalu banyak air mataku yang telah jatuh hanya demi memperjuangkan dirinya, walaupun dia tak pernah bersikap selayaknya dirinya bahkan menjadi durinya. 

     Hei.... 
Engkau yang mungkin akan selalu menempati tempat khusus di lubuk hatiku yang paling dalam, yang pernah kujadikan masa depanku, yang pernah kujadikan prioritasku, aku sadar..
Bahwa masa depanku tak ditentukan oleh adanya dirimu disampingku, kau pun tak selalu bisa kujadikan prioritasku.Karna kau, hanya menjadikan diriku tempat persinggahan bukanlah tempat untukmu berpulang menutup hari...   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasangka

Sejuta Kesan

Alasan